Manusia & Teknologi - 2024-11-07
Manage episode 448957998 series 3381956
Info pekan ini
~ Kredit macet industri Tiongkok jadi hal biasa ?
Perkara terkait masalah tunggakan pembayaran proyek di industri konstruksi negara Tirai Bambu menjadi semakin menjamur dan bahkan menjadi hal yang sangat lumrah belakangan ini, banyak perusahaan dengan skala besar atau BUMN yang tidak mampu membayar berbagai transaksi kepada pemasok mereka sendiri. hal ini tentu harus berakhir sebagai sasaran dari para penagih utang untuk berfikir berbagai cara agar mendapatkan kembali pinjaman yang sudah diberikan. mereka mungkin terjebak dalam sebuah dilemma yaitu “ satu hulu gagal dan satu hilir berhenti “. tidak sedikit para pelaku industri ini merekomendasikan agar pemerintah dapat meningkatkan dan segera melakukan pembenahan dan standarisasi tatanan pasar dalam sektor industri.
Dilansir dari Harian Informasi Ekonomi dari kantor berita XinHua yang melaporkan bahwa masalah tunggakan pembayaran proyek di industri konstruksi Tiongkok telah meningkat yang mungkin akan berdampak secara berantai pada rantai industri produsen hilir seperti perusahaan konstruksi dan pemasok bahan bangunan. pemerintah harus secara khusus memperbaiki permasalahan industri yang ada pada saat ini agar dapat lebih meningkatkan sirkulasi ekonomi demi meningkatkan prospek lapangan pekerjaan yang lebih baik.
Saat ini, sebagian besar utang industri konstruksi berasal dari perusahaan properti dan pemerintah daerah, Manajer umum yang bermarga Deng dari sebuah perusahaan konstruksi swasta di kawasan Chongqing mengatakan bahwa dirinya bekerjasama dengan para pengembang real estat pada tahun 2018 dan telah menandatangani berbagai jenis proyek, akan tetapi saat krisis kredit macet yang terjadi tiga tahun lalu banyak transaksi yang belum dapat dilunaskan. meskipun dirinya kemudian mampu menyelesaikan tugas dengan “ menjamin pengiriman proyek “ namun bagi mayoritas para pengembang yang masih berhutang dengan persentase yang tinggi dari total pembayaran biaya proyek yang dikerjakan. angka ini tentu tidak sedikit jumlah yang harus dilunaskan adalah 21 miliar RMB ( Setara dengan 94.5 Miliar NTD ).
Dilansir dari Technews.tw yang menyatakan bahwa banyak pengembang real estat yang bangkrut setelah krisis utang terjadi, sangat sulit bagi perusahaan konstruksi ini untuk memulihkan ataupun mengembalikan dana tersebut. General Manager Deng mengatakan bahwa pengembang yang memiliki masalah utang sebetulnya tidak memiliki jalan keluar lain dalam membayar hutang proyek ini dengan berbagai alasan, salah satunya : aset yang dapat direalisasikan sangatlah terbatas, selain itu aset yang telah terealisasi telah lama disita oleh pemberi pinjaman atau kreditur seperti lembaga keuangan, inilah yang disebut sebagai dilema “ hulu dan hilir “.
Dalam gelombang kredit macet di industri konstruksi, berbagai perusahaan besar dan BUMN juga tengah menghadapi permasalahan yang serupa dimana membayar biaya proyek yang telah digunakan menjadi sangat sulit. pihak yang terkait dan bertanggung jawab atas sebuah perusahaan konstruksi mengatakan bahwa investasi dalam proyek infrastruktur telah menyusut sebesar 30% pada paruh pertama tahun ini, dimana pasar untuk skala provinsi dan kota telah menunggak pembayaran proyek konstruksi dan tidak mampu membayar para penyalur material seperti semen dan batu.
Maka dari itu banyak pelaku di bidang industri ini yang telah merekomendasikan pemerintah agar dapat memperkuat pembenahan dan standarisasi tatanan pasar konstruksi untuk mencegah masalah tunggakan proyek agar tidak menjadi semakin parah. yang paling utama adalah pembersihan dengan fokus untuk memperbaiki masalah tunggakan di bidang pengembangan real estat dan proyek-proyek pemerintah, yang kedua adalah peninjauan secara ketat terhadap isi kontrak, di beberapa tempat perusahaan diharuskan untuk memberikan pembayaran dimuka demi memastikan agar kredit macet tidak terjadi di masa mendatang.
Pantau terus yows..
314 bölüm